Guru sebagai penjaga asa masa depan
negeri
Oleh : Imam Zaenal Abidin
Melihat beberapa fakta yang terjadi pada saat
ini bahwa pendidikan karakter sudah menjadi kebutuhan primer bagi generasi
milenial atau istilah kerenya Kids Jaman
Now. Degradasi moral dan krisis akhlakul karimah sudah merambat di
sebagian besar para penerus bangsa ini. Tidak menutup mata bahwa pelajar masa
kini banyak yang meninggalkan adat ketimuran yang menjadi ciri khas bangsa kita, nilai sopan
santun, tata krama mulai tergerus oleh gaya hidup kebarat-baratan yang dianggap
lebih fashionable. Celakanya hanya
karena trend ikut-ikutan banyak remaja kita yang terjerumus dalam jurang
narkoba dan perilaku sex bebas.
Menurut data Penyalahgunaan
narkoba di kalangan remaja masih banyak meskipun sudah semakin menurun dalam 10
tahun terakhir. Survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada situs
resminya, sabtu (4/3/2017) bahwa 4 dari 100 pelajar terjebak dalam narkoba. Selain itu data tentang free sex dan aborsi menurut
Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya peningkatan
secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja
di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli
produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak
menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah
kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari
kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan
oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta. (Okezone.com, 28/3/2012).
Gaya
hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami
remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dari lingkungan keluarga,
sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas:
menggugurkan kandungannya. Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI
(2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21%
(700-800 ribu) dilakukan oleh remaja.Data yang sama juga disampaikan Komisi
Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA
di 17 kota besar, sebanyak 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2
persen remaja mengaku pernah aborsi (Kompas.com, 14/03/12).
Melihat fakta yang miris tersebut penguatan
pendidikan karakter harus dilakukan secara terintegrasi oleh beberapa elemen yang berkaitan langsung mulai
dari peran orang tua dirumah, pergaulan, sampai dengan lingkungan sekolah.
Penanaman pendidikan karakter harus ditanamkan pada usia sedini mungkin. Karena
merupakan fondasi dalam membangun manusia yang memiliki karakter yang baik.
Lingkungan sekolah memiliki peran sentral
dalam membentuk karakter anak – anak khususnya para remaja. Sehingga penguatan
pendidikan karakter yang dilaksanakan disekolah harus menjadi skala prioritas.
Dalam Pelaksanaanya juga harus berbasis karakter mulai dari kurikulum hingga
para tenaga pengajar menempatkan penguatan karakter sebagai yang utama.
Untuk melaksanakan pendidikan karkter di
sekolah tidak lepas dari peran guru dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam
kehidupan yang terbaik. Guru tidak hanya sebatas memberikan pelajaran yang
bersifat pengetahuan saja. Selain sebagai pengajar
guru juga berperan sebagai pendidik . Pendidik adalah orang yang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih
tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989; 44)
Namun kenyataan dilapangan tidak semua guru
mempu menerapkan dalam proses pembelajaran. Banyak guru yang mengejar hanya
sekedar “menggugurkan kewajiban” sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Tanpa
memikirkan hasil dari kegiatan belajar mengajar yang diampunya apakah sudah
sesuai standar apa belum. Jangankan memikirkan perbaikan karakter , Rajin
mengajar saja sudah bagus.
Idealnya guru mampu menjaga asa negeri untuk
memiliki penerus di masa depan yang unggul dan berkarakter. Tidak hanya sekedar
pandai dalam pengetahuan namun miskin dalam perilaku mulia. Saat ini bangsa
kita banyak orang yang pandai namun jarang yang memiliki integritas. Buktinya
tindakan korupsi masih merajalela.
Guru sebagai garda terdepan membentuk
generasi bangsa harus memiliki kesadaran untuk meningkatkan kedisiplinan dan
etos kerja yang baik untuk penguatan pendidikan karakter. Disiplin baik dalam
proses pembelajaran dan dalam berprilaku Mengingat bahwasanya pendidikan
merupakan hal yang maha penting bagi kelangsungan bangsa.
Penulis
adalah staff pengajar di SDN Ledokkulon III Kecamatan Bojonegoro